Saturday 20 April 2013

Choice

model: Yoddie Frianti & Couple


"Siapa yang bisa menebak waktu akan mengarah kemana?" katamu sambil sedikit tertawa. Membalas tawamu aku juga tertawa.

"Iya," jawabku singkat.

"Kenapa bisa?"

"Apanya?"

"Kenapa bisa memulai semuanya dengan keterpaksaan?" tanyamu ingin tahu. Namun di balik ingin tahu itu jelas ada maksud lebih yang jelas kutahu.

"Hahaha susah kalau harus diceritakan," aku sendiri memang tidak tahu bagaimana dan apa yang harus diceritakan.

Kamu menghela nafas sambil menatap ruang kosong. Sedang di dalam diri jelas sekali kamu sedang mencoba mengosongkan sesuatu yang menyesakkan. Kemudian kita berdua mencari titik kosong masing-masing sambil mencoba mengais teka-teki lebih jauh tentang di mana ini akan berakhir. Aku selesai, kamu tak juga bisa sepakat.

Mungkin di dalam kepalamu itu kamu masih menerka alasan yang lebih logis daripada penjelasan emosional khas seorang perempuan. Mungkin di kepalamu itu tidak pernah bisa menerima bahwa ada orang yang mampu menjalani hubungan dengan lawan jenisnya dengan alasan terpaksa dan iseng pada mulanya namun akhirnya bahagia. Mungkin di kepalamu itu kamu masih sibuk mengaitkan premis-premis logis apakah semua keterangan yang diberikan oleh perempuan di sampingmu hanyalah usaha untuk menjauh. Kepalamu yang logis tak akan mampu menjawab. Aku ingin berteriak di kupingmu dan menyuruhmu berhenti dengan desakan untuk memberi alasan lebih masuk akal padamu. Aku muak, namun di satu sisi lain runtuh.

"Berapa tahun?" kamu nampak belum menyerah lagi.

"Tujuh," aku menjawab singkat sambil tetap menunduk. Jika perdebatan atau diam ini bvergulir 30 menit lagi pasti ada titik air di mata ini yang mendarat ke tanah di bawah.

"Tapi dulu kamu yang bilang kalau kamu bosan dengan hubunganmu yang sudah lama itu?"

Laki-laki di sampingku ini batu. Aku makin diam dan mata ini pun tergenang. Tapi dia tidak juga mengerti bahwa perempuan menangis tidak hanya karena sedih namun juga karena bingung dan tidak bisa menjelaskan lebih.

"Dulu ketika kita sepakat memulai ini, kamu bisa menyudutkannya dengan alasan-alasan yangmembuatnya tampak buruk dan kamu bosan dengannya. Kemudian kita sepakat membuat hubungan yang baru di belakang hubunganmu selama dua bulan ini. Agak aneh jika sekarang kamu berubah dan semua rasa tentangnya kembali," kamu menjelaskan dengan argumen otak kirimu, tapi tahukah kamu kalau ini bukan hanya tentang sel-sel otak yang logis mengaitkan kata demi kata. Ini tentang hati dan perempuan lebih peka dan mudah dibuat tidak mengerti sendiri.

Aku diam dan makin tidak mengerti harus menjelaskan bagaimana. Menunduk adalah hal paling memalukan saat ini tapi cukup meredakan gejolak.

"Sekarang, kamu mau bagaimana?" katamu. Ini harus jadi pertanyaan terakhir, aku harus menjawab dengan jawaban yang membungkammu.

"Kita selesai dengan main-main ini. Anggap saja ketika aku setuju memulai ini denganmu hanya karena aku emosi. Ternyata kamu tidak akan bisa masuk ke tempatnya di dalam sini. Aku pernah bosan tapi tak pernah hilang rasa. Aku dan dia memulai semua dengan perasaan yang kosong namun kini telah terisi banyak. Tujuh tahun tidak sebentar untuk merasa nyaman, dan otak laki-laki keras kepalamu tidak akan mengerti. apapun yang terjadi dulu tidak sepenting yang terjadi sekarang. Maaf jika kamu tidak mengerti, tapi tujuh tahun dengannya sudah banyak menghadiahi cerita yang mengisi kosong yang dulu ada saat mulanya. Aku tetap dengannya dan sudahi main-main ini"

Aku berdiri bangkit dari tempatku kemudian bergegas pergi sambil tak mau menoleh padamu. Kamu bukan siapa-siapa dan tak akan pernah sebaik dia. Ini salah dan kita resmi mengalah. Toh aku masih ingin menemui tahun kedelapan, sembilan, dan seterusnya dengannya.



*) we're here, just in case you don't know what you're reading now 

No comments:

Post a Comment