Monday 13 May 2013

The Way You Look Tonight


Model: Rizky N. Azizah & couple


Some day, when I'm awfully low,
When the world is cold,
I will feel a glow just thinking of you
And the way you look tonight.

Yes you're lovely, with your smile so warm
And your cheeks so soft,
There is nothing for me but to love you,
And the way you look tonight.

With each word your tenderness grows,
Tearing my fear apart
And that laugh that wrinkles your nose,
Touches my foolish heart.

Lovely, never, ever change.
Keep that breathless charm.
Won't you please arrange it ?
Cause I love you, just the way you look tonight.

Mm, mm, mm, mm,
Just the way you look to-night.

#np Frank Sinatra - The Way You Look Tonight






*) we're here, just in case you don't know what you're reading now  




Lari

model: Sindy Novita Ayu


Bujur ombak kaku. Senja omong kosong. Kakinya berlari-lari kecil di atas pasir sambil sesekali diam untuk sejenak dihembus angin dingin. Matanya mengamati pesisir yang menari kecil di ujung kakinya. Matanya masih menunduk menatap ke bawah. Ingatannya jauh mengelana ke seberang.

Datang ke sini adalah pelarian. Meski sambil sesekali menikmati panorama senja yang sayang jika hanya terkenang mata. Sambil juga Ia memotret langit, laut, dan apa saja yang bisa Ia dapat. Meski apa yang Ia cari sebenarnya semakin susah di dapat. Dalam satu bingkai sorotan lensa dengan kecepatan tertentu, air pantai yang berlarian akan nampak resah seperti diri sendiri. Ia menyukai itu tapi tak pernah mau begitu. Matahari yang redup ragu-ragu dengan cahaya oranye pun lebih tahu bahwa menghilang pelan-pelan di balik malam tidak pernah jadi jalan termudah untuk melupakan hangatnya siang. Sama sepertinya, berlari kemanapun sama saja bila pada akhirnya Ia hanya berakhir di kenangan yang terseok di ujung pikiran.

Datang ke sini, baginya, adalah puisi. Hanya saja Ia masih kebingungan menemukan kata pertama untuk mengawali agar nantinya mudah untuk diakhiri. Ia takut jika saja ia sembarang memilih diksi, pada akhirnya Ia akan lagi terkunci tak bisa lari. Seperti sekarang ini. Kemudian Ia belajar mendengar apa yang ingin dikatakan alam. Ia mengagumi keindahan, tapi  tak pernah tahu bagaimana keindahan bisa menelan seseorang gelap-gelap saat kalap. Ia memejam mata dan mencoba membuka telinganya lebar. Senja di depan matanya bercerita banyak tentang cerita-cerita yang ingin Ia tulis, rangkai menjadi baris, menjadi bait, menjadi puisi. Cerita itu tentang cara melupakan paling ampuh di jagad raya. Cerita itu tentang menghilangkan kenangan masih paling manjur di muka bumi. Cerita itu tentang dirinya yang masih saja mati-matian meyakinkan dirinya bahwa Ia sudah tidak bersama dengan laki-laki yang di sampingnya dulu. Cerita itu yang dimanjakan senja di telinganya, menggelitik dan membuat matanya lebih terpejam dan senyumnya lebih muram.

Pada kenyataannya, apa yang dilaluinya kala itu hanya basa-basi. Mengenal dekat sekian lama, tumbuh getir yang tidak juga pasti, dan akhirnya selesai di sakit hati. Ia bingung harus kemana dan menjadi siapa agar tidak lagi punya perasaan yang itu-itu saja. Ia takjub dengan kenangan yang meronta-ronta. Tapi sakit ini indah baginya. Ia suka keindahan, tapi untuk yang ini Ia tak sanggup menahan. Ia ingin memutar lagu di senja ini, di hadapan matahari oranye yang tenggelam pasrah. Tapi Ia tahu lagu hanya akan membunuhnya makin parah. Ia menutup telinga dengan kedua tangannya kuat-kuat, Ia muak dan berontak.

Kemudian Ia lari, pasir halus dan air keruh pantai sore hari Ia telusuri. Hingga air menggerayangi dadanya tinggi, Ia rebahkan tubuhnya di sana. Ia tak tenggelam. Ia hidup tentu. Dalam rebahnya, senja, matahari yang resmi mati, angin pantai, dan ombak semilir membisikkan sebait lirik yang paling Ia hindari saat ini:

kau seperti nyanyian dalam hatiku
yg memanggil rinduku padamu
seperti udara yg kuhela 

kau selalu ada..




*) we're here, just in case you don't know what you're reading now  

Monday 29 April 2013

Menit-Menit yang Masuk Akal Untuk Hal-Hal yang Tidak Masuk Akal

model: Riska Amalia


Detik di jam dinding adalah riuh paling berisik dan mengusik ketika ini. Tapi di selang tiap geriknya adalah tenang yang menarik. Ada hangat yang mencandu dan mengaliri tubuh. Tubuh yang dekat dan lekat menjembatani pertukaran hasrat. Dan yang menjadi alasan bagi semua ini adalah rindu yang sudah lama tertahan dan berkarat.

Menit pertama adalah momen yang membekukan. Jangankan pikiran, kesadaran saja nampaknya sudah kosong tak terisikan. Di stasiun ini kereta adalah mati. Berisiknya tak ada, hanya mati. Di tengahnya kita yang menyimpan rindu keterlaluan. Di tengahnya kita yang lama berseberangan.

Menit kedua adalah pertukaran peran dari diam dan pikiran untuk melontarkan kalimat. Namun jangankan kalimat, aksara saja kita buta kini. Kita diam lagi. Hanya tetap merekatkan peluk yang mengisi tiap lekuk. Seolah-olah kita memang menyediakan waktu ini untuk resmi takluk. Dua menit ini adalah penghambaan kita pada sesuatu yang tidak terjelaskan. Bukankah kita seharusnya banyak bertukar cerita saja?

Menit ketiga lebih tak masuk akal. Dari peluk yang dekat ini, aku merasa kamu sudah kebanjiran banyak kata dan pertanyaan juga. Tapi dalam hitungan menit ketiga ini masih saja diam yang menguasa.  Kita adalah patung yang paling retoris saat ini, yang diamnya adalah pesan yang bisa ditafsirkan sebagai upaya penyampaian gagasan. Kita adalah manusia yang resmi seratus persen terpaku pada interaksi yang simbolis kala ini. Yang semua bahasanya diwakili oleh satu gerakan beku, sebuah pelukan yang tidak lebih.

Menit keempat bosan sudah mulai mengacak-ngacak. Jika bosan terlalu sarkastik, mungkin lebih tepatnya pegal. Kita sudah sama-sama menderita dengan adegan yang terlalu lama dilihat orang di stasiun ini sejak kamu turun dari keretamu. Tapi kita juga sudah sama-sama menderita dengan perpisahan yang pernah menarikmu menjauh berlalu dengan kereta yang juga itu. Kita sudah merasa sakit di sendi, tapi soal hati jelas puas belum terisi.

Menit kelima adalah waktunya menyerah. Kita saling melepas peluk yang sudah mengikat dari tadi. Setelah peluk usai, matamu yang berair adalah penjelasan yang lebih naratif lagi. air itu bisa saja jatuh ke tanah dan menuliskan alfabet-alfabet bening nan transparan yang mengisahkan serindu apa kamu dan sesenang apa kamu sekarang, namun yang terjadi adalah air dari matamu ini terseka oleh tanganku yang terlanjur malu jika orang-orang di sini tertawa dan melihat kita sebagai orang yang kemabukan dan terlalu banyak membaca novel percintaan. Kita saling lihat dan akhirnya sama-sama menemukan apa yang harusnya sedari tadi kita lakukan dan ucapkan. Hal-hal sederhana, seperti menanyakan kabar.

"Apa kabar?" kataku tersenyum.

Kamu tidak menjawab dan memutar lagi menit-menit yang sudah dilewati dengan tindakan yang sama dan presisi.


 *) we're here, just in case you don't know what you're reading now 

Segaris Tatap ke Langit-Langit Selagi Buntu Masih Menyulit

model: Wiwin Tarwinangsih


Kita sedang berkutat dalam tarik ulur yang tak berkesudahan. Awal mulanya sederhana: sebuah keharusan. Keharusan yang membuatmu harus memilih seperti yang dititahkan dan keharusan yang membuatku harus diombang-ambing antara kenyamanan, harapan, dan kesabaran mati-matian.

Di luar denting yang sudah tidak perlu kita hitung berapa jumlahnya, kita masih berdiri tegak seperti patung kristal yang kokoh. Tapi tidakkah terlihat di dalam kerling putih mulai kehilangan kilau yang menggerogoti pahatan dan ukiran yang dulu diguratkan. Di luar, malam makin mengantuk, di dalam, hati makin merasa tertekuk. Di luar jendela kamar, angin masih menghimpun nafas banyak-banyak dan suara jangkrik masih nyaring serak-serak. Di dalam, masih ada kebuntuan yang terserak.

Sesekali aku harus membaringkan tubuh dan menatap langit-langit sambil menghembuskan nafas yang meringankan rongga dada. Di tatapan ke langit-langit itu aku banyak menuangkanpikiran yang menghantui terus-menerus. Kita sudah berkutat lama dengan semua ini dan kita suka, tapi menikah? kita masih kalah dan tak berani melangkah.

Lewat tatapan dengan langit-langit itu aku menuturkan bagaimana orang tuamu menginginkan wanita yang sederhana dan mengikuti kodratnya. Sedang bagiku kodrat kesederhanaan itu bukan berarti menjalani hidup yang itu-itu saja. Dan apakah wanita dengan gemerlap jejeran karir yang berurut bukanlah wanita yang penurut?

Kamu salah kaprah dalam hal ini. Kita tak ingin salah langkah dan akhirnya buntu di sini. Cepat atau lambat, nostalgi, cinta, kisah bagaimana kita memulainya, kenyamanan yang sudah terasa, dan cita-cita atau asa yang membungah harus bisa menemukan jalan keluarnya. Semoga.


 *) we're here, just in case you don't know what you're reading now  

Saturday 20 April 2013

Selamat Ulang Tahun dr. WINNY MAULI

model: Winny Mauli


Selamat Ulang Tahun
dr. WINNY MAULI
The Greatest wish when you're gettin older.
Be the best people to your God
Be the best children to your parents
Be the best doctor to your patient
Your dearest, friend.
You know who we're
xoxo♥


 *) we're here, just in case you don't know what you're reading now 

Choice

model: Yoddie Frianti & Couple


"Siapa yang bisa menebak waktu akan mengarah kemana?" katamu sambil sedikit tertawa. Membalas tawamu aku juga tertawa.

"Iya," jawabku singkat.

"Kenapa bisa?"

"Apanya?"

"Kenapa bisa memulai semuanya dengan keterpaksaan?" tanyamu ingin tahu. Namun di balik ingin tahu itu jelas ada maksud lebih yang jelas kutahu.

"Hahaha susah kalau harus diceritakan," aku sendiri memang tidak tahu bagaimana dan apa yang harus diceritakan.

Kamu menghela nafas sambil menatap ruang kosong. Sedang di dalam diri jelas sekali kamu sedang mencoba mengosongkan sesuatu yang menyesakkan. Kemudian kita berdua mencari titik kosong masing-masing sambil mencoba mengais teka-teki lebih jauh tentang di mana ini akan berakhir. Aku selesai, kamu tak juga bisa sepakat.

Mungkin di dalam kepalamu itu kamu masih menerka alasan yang lebih logis daripada penjelasan emosional khas seorang perempuan. Mungkin di kepalamu itu tidak pernah bisa menerima bahwa ada orang yang mampu menjalani hubungan dengan lawan jenisnya dengan alasan terpaksa dan iseng pada mulanya namun akhirnya bahagia. Mungkin di kepalamu itu kamu masih sibuk mengaitkan premis-premis logis apakah semua keterangan yang diberikan oleh perempuan di sampingmu hanyalah usaha untuk menjauh. Kepalamu yang logis tak akan mampu menjawab. Aku ingin berteriak di kupingmu dan menyuruhmu berhenti dengan desakan untuk memberi alasan lebih masuk akal padamu. Aku muak, namun di satu sisi lain runtuh.

"Berapa tahun?" kamu nampak belum menyerah lagi.

"Tujuh," aku menjawab singkat sambil tetap menunduk. Jika perdebatan atau diam ini bvergulir 30 menit lagi pasti ada titik air di mata ini yang mendarat ke tanah di bawah.

"Tapi dulu kamu yang bilang kalau kamu bosan dengan hubunganmu yang sudah lama itu?"

Laki-laki di sampingku ini batu. Aku makin diam dan mata ini pun tergenang. Tapi dia tidak juga mengerti bahwa perempuan menangis tidak hanya karena sedih namun juga karena bingung dan tidak bisa menjelaskan lebih.

"Dulu ketika kita sepakat memulai ini, kamu bisa menyudutkannya dengan alasan-alasan yangmembuatnya tampak buruk dan kamu bosan dengannya. Kemudian kita sepakat membuat hubungan yang baru di belakang hubunganmu selama dua bulan ini. Agak aneh jika sekarang kamu berubah dan semua rasa tentangnya kembali," kamu menjelaskan dengan argumen otak kirimu, tapi tahukah kamu kalau ini bukan hanya tentang sel-sel otak yang logis mengaitkan kata demi kata. Ini tentang hati dan perempuan lebih peka dan mudah dibuat tidak mengerti sendiri.

Aku diam dan makin tidak mengerti harus menjelaskan bagaimana. Menunduk adalah hal paling memalukan saat ini tapi cukup meredakan gejolak.

"Sekarang, kamu mau bagaimana?" katamu. Ini harus jadi pertanyaan terakhir, aku harus menjawab dengan jawaban yang membungkammu.

"Kita selesai dengan main-main ini. Anggap saja ketika aku setuju memulai ini denganmu hanya karena aku emosi. Ternyata kamu tidak akan bisa masuk ke tempatnya di dalam sini. Aku pernah bosan tapi tak pernah hilang rasa. Aku dan dia memulai semua dengan perasaan yang kosong namun kini telah terisi banyak. Tujuh tahun tidak sebentar untuk merasa nyaman, dan otak laki-laki keras kepalamu tidak akan mengerti. apapun yang terjadi dulu tidak sepenting yang terjadi sekarang. Maaf jika kamu tidak mengerti, tapi tujuh tahun dengannya sudah banyak menghadiahi cerita yang mengisi kosong yang dulu ada saat mulanya. Aku tetap dengannya dan sudahi main-main ini"

Aku berdiri bangkit dari tempatku kemudian bergegas pergi sambil tak mau menoleh padamu. Kamu bukan siapa-siapa dan tak akan pernah sebaik dia. Ini salah dan kita resmi mengalah. Toh aku masih ingin menemui tahun kedelapan, sembilan, dan seterusnya dengannya.



*) we're here, just in case you don't know what you're reading now 

Best Friend Is Like a Star

model: Avia Riska Syofiani


"Best Friend is like a Star"
You dont always see them, but you know they are always there.
HAPPY 19th BIRTHDAY
Avia Riska Syofiani
Bunch wishes from me to wish you a day and every day that brings the same kind of happiness & joy.

Sincerely,
Nadya Marsha FY



*) we're here, just in case you don't know what you're reading now